Optimalkan Nilai Ekonomi Hutan Indonesia, Bagaimana Caranya?
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono, menekankan pentingnya hutan Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Webinar Nasional Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University (HAE IPB), Bambang menyatakan bahwa hutan harus dioptimalkan melalui peningkatan produktivitas, diversifikasi usaha kehutanan, dan pemanfaatan ekonomi dari pangan, energi, air, dan kesehatan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, setelah terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja, KLHK melakukan perbaikan kebijakan untuk meningkatkan nilai ekonomi hutan. Salah satu langkah yang diambil adalah kebijakan multiusaha kehutanan, yang memadukan fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam satu ekosistem hutan. Ini memungkinkan pemanfaatan hutan secara lebih efisien dan menghindari tumpang tindih perizinan.
Kebijakan multiusaha kehutanan meningkatkan efisiensi prosedur perizinan dan optimasi produktivitas sesuai karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Ini juga meningkatkan akuntabilitas dan pengawasan, mengurangi potensi konflik pemanfaatan hutan, dan memperkuat pengelolaan hutan berkelanjutan. Hal ini penting untuk mencapai lima pilar pengelolaan hutan: kepastian kawasan, jaminan berusaha, produktivitas hutan, diversifikasi produk, dan peningkatan daya saing.
Webinar nasional ini melanjutkan diskusi dari webinar sebelumnya tentang tata kelola kehutanan menuju Indonesia Emas 2045. Fokus kali ini adalah optimalisasi nilai ekonomi hutan dari hasil hutan kayu, non-kayu, jasa lingkungan, serta kolaborasi multistakeholders untuk implementasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. Ini mencakup nilai ekonomi dari pangan, energi, air, dan kesehatan.
Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Pulang Kampus ke-19 (HAPKA XIX) yang bertujuan mengumpulkan pandangan strategis dari para rimbawan dan masyarakat. Hasil dari webinar ini dan diskusi lainnya akan dirangkum dalam prakarsa yang diharapkan menjadi referensi bagi pembuat kebijakan untuk strategi pembangunan kehutanan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
Bagaimana Dampak yang diharapkan?
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono, menekankan pentingnya hutan Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat. Pada Webinar Nasional Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University (HAE IPB), Bambang menyatakan bahwa optimalisasi nilai ekonomi hutan melalui peningkatan produktivitas, diversifikasi usaha kehutanan, dan pemanfaatan ekonomi dari pangan, energi, air, dan kesehatan dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Selama sepuluh tahun terakhir, KLHK telah melakukan perbaikan kebijakan untuk meningkatkan nilai ekonomi hutan sejalan dengan Undang-Undang Cipta Kerja. Kebijakan multiusaha kehutanan diperkenalkan untuk memadukan fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam satu ekosistem hutan. Dengan kebijakan ini, hutan tidak lagi dipandang hanya berdasarkan komoditas secara parsial, tetapi sebagai satu kesatuan ekosistem, yang dapat mengurangi tekanan pada lingkungan dengan mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan.
Penerapan kebijakan multiusaha kehutanan dapat meningkatkan efisiensi prosedur perizinan dan optimasi produktivitas hutan sesuai karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Hal ini meningkatkan akuntabilitas dan pengawasan, mengurangi potensi konflik pemanfaatan hutan, serta menghindari tumpang tindih perizinan. Dampak positif lingkungan dari kebijakan ini termasuk pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, yang pada gilirannya membantu menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.
Dalam webinar ini, kebijakan yang dibahas juga mencakup nilai ekonomi dari hasil hutan kayu, non-kayu, jasa lingkungan, serta kolaborasi multistakeholders untuk implementasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. Upaya ini bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, mendukung target pengendalian perubahan iklim, dan melestarikan sumber daya alam. Dengan demikian, pendekatan ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Pulang Kampus ke-19 (HAPKA XIX) yang bertujuan menghimpun pandangan strategis dari para rimbawan dan masyarakat. Hasil dari diskusi ini akan dirangkum dalam prakarsa yang diharapkan menjadi referensi bagi pembuat kebijakan untuk strategi pembangunan kehutanan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Upaya ini diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi lingkungan dengan mengurangi kerusakan hutan, meningkatkan kualitas ekosistem, dan mendukung keberlanjutan sumber daya alam.