Insinerator, sebagai Solusi Pengolahan Limbah?
Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah dalam bentuk padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu. Teknologi ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Insinerator biasanya dirancang secara umum untuk pembakaran oksidatif penuh dengan kisaran suhu 850 °C – 1.400 °C. Ini mungkin suhu di mana proses kalsinasi dan mencair juga dapat terjadi. Meski tak meniadakan penggunaan lahan, insinerasi dapat digunakan untuk mengelola berbagai jenis sampah berbahaya. Misanya sampah medis maupun sampah B3 yang bisa dihilangkan dengan pembakaran pada temperatur tinggi.
Kelemahan Penggunaan Insinerator
Insinerator berperan penting dalam mengurangi tumpukan sampah dan limbah B3 yang sukar di daur ulang. Disamping kelebihan dari penggunaan metode insinerasi, tentu terdapat kekurangannya yaitu: Berpotensi sebagai pencemar udara apabila tidak dilengkapi dengan pengolahan gas buang. Pelepasan sejumlah besar CO2. Hasil abu pembakaran mencapai 20% dari limbah B3 yang dibakar. Hal ini karena limbah B3 menghasilkan zat tertentu ketika mengalami pembakaran. Itulah sebabnya udara yang berada di sekitarnya mungkin terkontaminasi dengan zat hasil pembakaran tersebut.
Pada proses insinerasi, limbah akan dibakar pada suhu tinggi untuk menghancurkan bahan pencemar menjadi senyawa sederhana berupa gas yang dapat dilepaskan ke lingkungan. Proses ini juga menghasilkan residu berupa abu yang nantinya akan dibuang ke TPA. Ini dimaksudkan untuk mengurangi pembakaran sampah di TPA karena sampah yang dikirim ke TPA sudah berupa sampah yang diolah. Pembakaran sampah dalam jumlah besar di TPA dapat menyebabkan kabut asap yang tebal dan mengurangi jarak pandang dan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal.