Aksi Perubahan Iklim Indonesia Terus Alami Kemajuan: Leading By Examples
Saat ini, dunia dihadapkan pada tantangan berat dengan bumi menghadapi triple planet challenges, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi. Kenaikan suhu global telah menyebabkan panas ekstrim, termasuk di Indonesia. Sekjen PBB menyatakan bahwa krisis iklim sudah menjadi masalah genting yang perlu perhatian serius semua negara.
Indonesia telah berkomitmen dalam menjaga kenaikan suhu global sesuai Persetujuan Paris. Kontribusi Indonesia termanifestasi dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 sebesar 31,89%, dengan upaya sendiri dan 43,20% dengan bantuan internasional. Rencana jangka panjang Indonesia mencakup Net Zero Emission (NZE) 2060. Sektor FOLU dan energi menjadi fokus utama pengurangan emisi GRK, dengan Rencana Operasional FOLU Net-Sink 2030.
Pemerintah Indonesia serius dalam menangani perubahan iklim, seperti yang diungkapkan Presiden pada COP28 di Dubai. Data inventarisasi GRK nasional menunjukkan tingkat emisi GRK pada tahun 2022 sebesar 1.220 Mton CO2e, dengan peningkatan 6,9% dibandingkan 2021. Namun, dibandingkan dengan BAU pada tahun yang sama, terjadi pengurangan sebesar 42%.
Sektor FOLU, khususnya deforestasi, mengalami penurunan signifikan. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2023 berhasil ditekan lebih kecil dibandingkan tahun 2019. Pengurangan luas karhutla mencapai 29,59%, menunjukkan keberhasilan upaya pencegahan.
Sektor energi memainkan peran strategis dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik. Rencana pengembangan energi baru terbarukan (EBT) menjanjikan investasi sekitar USD 55,18 miliar, membuka 281.566 lapangan kerja baru, dan mengurangi emisi GRK sebesar 89 juta ton CO2e.
Indonesia mendapat pengakuan internasional melalui pembayaran berbasis kinerja (RBP) atas implementasi REDD+. Total komitmen RBP mencapai USD 439,8 juta, dengan pembayaran sebesar USD 279,8 juta. RBP melalui berbagai sumber, seperti Green Climate Fund (GCF), Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), dan lainnya.
Program Komunitas untuk Iklim (ProKlim) telah menjadi gerakan nasional sejak 2015. Transformasi menjadi ProKlim diharapkan dapat menjangkau kelompok yang lebih luas, termasuk komunitas sekolah, kampus, pesantren, dan lainnya.
Indonesia aktif dalam diplomasi dan negosiasi global terkait perubahan iklim. Keberhasilan Indonesia dalam menginisiasi kebijakan sebelum menjadi komitmen global, serta partisipasi aktif dalam COP28, memberikan warna dan pengaruh positif dalam arena internasional.
Di tingkat regional ASEAN, Indonesia sebagai ketua 2023 menginisiasi tiga deliverables terkait pengendalian perubahan iklim. Ini mencakup Joint Statement, Community-based Climate Action, dan Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACCTHPC).
Pemberian insentif kepada pelaku mitigasi dilakukan melalui kebijakan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) atau perdagangan karbon. Indonesia juga memperkuat transparansi dengan membangun Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI).
Pemerintah terus meningkatkan kesadaran masyarakat melalui Rumah Kolaborasi dan Konsultasi Iklim dan Karbon (RKKIK). Dengan memimpin melalui contoh dan tindakan nyata, Indonesia berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya global pengendalian perubahan iklim.