Turunkan emisi GRK sekitar 577 juta ton, Indonesia dapatkan verifikasi Sekretariat UNFCCC

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menekankan komitmen Indonesia dalam aksi iklim, menjelaskan bahwa negara ini secara sistematis mengurangi emisi dalam koridor tata kelola karbon. Pada workshop Pelaksanaan Result Based Contribution (RBC) Tahap 1 Norwegia di Jakarta, Menteri Siti menyatakan pentingnya menunjukkan kinerja yang berbobot kepada dunia internasional.
Workshop tersebut melibatkan Pemerintah, Pemda, NGO, dan akademisi, bertujuan untuk implementasi aksi iklim yang sistematis dalam kerangka kerja FoLU Netsink 2030 di Indonesia. Menteri Siti menekankan pentingnya tata kelola karbon dalam mendapatkan dukungan internasional dan menjelaskan bahwa workshop ini juga merupakan wujud kerjasama antar lembaga yang diatur oleh MoU Kerjasama RI-Norwegia.
Melalui Indonesia-Norwegia Partnership, Indonesia telah menerima Result Base Contribution (RBC) sejumlah USD 56 juta untuk pengurangan emisi pada tahun 2016/2017 dan USD 100 juta untuk emisi tahun 2017/2018 dan 2018/2019. Menteri Siti menjelaskan bahwa proses RBC IV untuk emisi 2019/2020 sedang berlangsung, diharapkan selesai pada akhir tahun 2024.
Meskipun jumlah ton CO2e yang diberikan penghargaannya masih di bawah prestasi Indonesia dalam menurunkan emisi GRK, Menteri Siti menekankan bahwa penanganan iklim di Indonesia tetap didukung oleh dana pemerintah dan partisipasi masyarakat, khususnya melalui kegiatan FoLU.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Rut Kruger Giverin, memberikan apresiasi atas upaya Indonesia dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Dia menyebutkan bahwa Norwegia memberikan kontribusi atas hasil pengurangan emisi yang diverifikasi oleh pihak ketiga dan dipercayakan kepada Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) untuk mendukung implementasi Folu Net Sink 2030.
Workshop ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Dirut BPDLH, Penasehat Senior Menteri LHK, Pejabat Tinggi Madya dan Pratama lingkup KLHK, Kemenkeu, dan BRGM, Tim Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Dewan Pengawas BPDLH, Peneliti, Pemerhati Perubahan Iklim, Pemerintah Daerah, dan mitra kerja.
Workshop ini, yang fokus pada implementasi aksi iklim dan pengurangan emisi, secara tidak langsung menyoroti pentingnya uji kualitas emisi udara. Pengurangan emisi merupakan langkah penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim, dan untuk memastikan efektivitasnya, penting untuk mengukur dan memantau kualitas emisi udara.
Dalam konteks aksi iklim, uji kualitas emisi udara menjadi instrumen penting untuk mengukur sejauh mana pengurangan emisi telah tercapai. Pemerintah Indonesia, dengan dukungan internasional seperti dari Norwegia, dapat memanfaatkan hasil uji kualitas emisi untuk memvalidasi pencapaian target pengurangan emisi yang telah ditetapkan.
Selain itu, uji kualitas emisi juga mencerminkan komitmen Indonesia terhadap tata kelola yang baik dan transparansi, yang diakui oleh Duta Besar Norwegia. Hasil uji tersebut dapat memberikan dasar yang kuat untuk meyakinkan dunia internasional bahwa upaya pengurangan emisi dilakukan dengan serius dan efektif.
Pentingnya uji kualitas emisi udara juga terkait dengan keberlanjutan aksi iklim. Dengan memantau emisi secara teratur, Indonesia dapat menyesuaikan strategi dan kebijakan berdasarkan data aktual, memastikan bahwa upaya pengurangan emisi tetap relevan dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, kaitan antara workshop ini, aksi iklim, dan pengurangan emisi dengan uji kualitas emisi udara menunjukkan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan pemantauan berkala sangat penting dalam menjaga efektivitas dan kesinambungan upaya mitigasi perubahan iklim.